Istilah fokus sesuai terminologi artinya titik tempat berkumpulnya sinar yang melalui sebuah optik atau lensa. Dalam fotografi, sebuah gambar yang fokus didapat dengan menempatkan kumpulan sinar pada satu titik yang tepat berada di film atau di sensor (disebut focal plane). Bila titik terbentuk di depan atau di belakang focal plane, maka gambar yang dihasilkan menjadi tidak terfokus atau out of focus.
Lensa kamera, seperti layaknya mata manusia, idealnya harus bisa memfokus pada benda yang berada dekat ataupun jauh dengan sama baiknya. Namun terdapat batas terdekat dimana lensa bisa mengunci fokus, sementara batas terjauh biasa disebut dengan infinity (tak terhingga). Dalam lensa kamera terdapat elemen optik yang bisa bergerak maju mundur untuk menyesuaikan jarak terhadap benda didepannya sehingga jatuhnya arah sinar tetap bisa terkumpul di focal plane. Perkecualian untuk kamera dengan lensa berjenis fix focus, dimana tidak ada elemen lensa yang bisa bergerak. Kamera dengan fix focus memakai aperture kecil dan lensa wide yang simpel untuk menghemat biaya seperti pada kamera ponsel.
Dahulu kala, lensa pada kamera itu memerlukan pengaturan fokus secara manual. Untuk mencari fokus, kita harus memutar ring fokus pada lensa dan melihat efeknya di jendela bidik untuk mendapatkan gambar yang paling tajam menurut penilaian kita. Untunglah pada akhirnya ditemukan teknologi auto fokus yang memudahkan kita dalam memotret. Dengan auto fokus, kamera secara otomatis menggerakkan elemen lensa untuk mendapat hasil terbaik, dalam waktu yang cukup singkat.
Pada kamera modern yang berteknologi digital, terdapat dua perbedaan prinsip kerja auto fokus tergantung jenis kameranya. Pada kamera DSLR, prinsip auto fokus masih sama seperti kamera SLR film dengan memakai prinsip deteksi fasa (phase detect) yang memakai modul terpisah. Sistem ini lebih rumit, mahal namun akurat dan sangat cepat. Pada kamera selain DSLR seperti kamera saku hingga kamera format baru seperti micro four thirds, prinsip auto fokus memakai deteksi kontras (contrast detect) yang lebih hemat biaya.
Prinsip deteksi kontras sebenarnya hadir di era digital yang cirinya mampu menampilkan preview gambar yang akan diambil melalui layar LCD. Apa yang muncul di LCD adalah apa yang diterima oleh sensor, sehingga biasa disebut live-view. Dengan live-view, banyak informasi yang bisa diolah sebelum foto diambil, sebutlah misalnya informasi warna (untuk pengaturan white balance), informasi terang gelap (untuk pengaturan eksposur) dan informasi kontras (untuk pengaturan auto fokus). Kamera DSLR modern yang sudah memiliki fitur live-view mengusung dua prinsip AF, baik berkonsep phase detect dan juga contrast detect. Dalam kondisi normal untuk kecepatan dan akurasi, kamera DSLR tentu memakai modul phase detect sebagai mode default-nya. Namun saat memakai live-view dengan objek yang diam (seperti foto makro), kita bisa memakai mode contrast detect dengan memanfaatkan fasilitas perbesaran di layar LCD, sehingga kita bisa lebih yakin kalau fokus yang diambil sudah pas.
Proses auto fokus dimulai saat tombol rana ditekan setengah. Saat itu kamera langsung menggerakkan elemen fokus di dalam lensa secara maju mundur untuk mendapat kontras terbaik dan memberi konfirmasi berupa bunyi ‘beep’ sebagai tanda sudah berhasil mendapat fokus. Proses keseluruhan ini memerlukan waktu antara kurang dari satu detik hingga beberapa detik. Pada DSLR, kecepatan auto fokus jauh lebih cepat dari kamera lainnya karena memakai modul AF khusus berprinsip phase detect. Namun apapun metodanya, ada beberapa hal yang menentukan kecepatan kamera dalam mencari fokus, diantaranya :
- Adanya kontras yang baik pada obyek yang akan difoto. Semakin rendah kontras dari obyek yang akan difoto maka kamera makin sulit untuk mendapatkan fokus yang tepat.
- Kondisi pencahayaan sekitar obyek harus cukup baik dan tidak gelap. Saat gelap kamera biasanya membantu auto fokus dengan menembakkan lampu AF assist beam.
- Pergerakan obyek yang akan difoto juga mempengaruhi, bila obyek bergerak terlalu cepat sulit bagi kamera untuk mengunci fokus.
Selain menekan tombol rana setengah, pada kamera kelas serius seperti kamera prosumer dan kamera DSLR, terdapat tombol AE-L / AF-L yang bisa dimanfaatkan untuk mengunci fokus. AE-L singkatan dari Auto Exposure – Lock, sementara AF-L singkatan dari Auto Focus – Lock. dalam setting yang lebih lanjut, tombol ini bisa dikustomisasi menjadi beberapa fungsi, misal sekaligus mengunci eksposur dan fokus, atau mengunci eksposur saja, mengunci fokus saja, dan mengunci fokus selama tombol ini ditekan (AF lock-hold). Pilihlah mana yang paling sesuai keinginan anda.
Pada awalnya dikenal auto fokus, kamera hanya memilih titik tengah obyek foto sebagai acuan fokus. Hal ini ternyata menyulitkan saat obyek justru tidak berada di tengah bidang foto. Maka itu kemudian dibuatlah zona fokus atau titik fokus yang tersebar di beberapa bidang foto. Umumnya kini terdapat setidaknya tiga zona fokus yaitu zona tengah (utama), zona kiri dan zona kanan. Semakin canggih kamera maka semakin banyak zona fokus yang tersedia sehingga mampu lebih fleksibel dan terhindar dari kesalahan penguncian fokus. Khusus modul AF pada kamera DLSR, tiap titik AF itu bisa berjenis cross type sensor alias sensor silang. Sensor seperti ini peka akan perbedaan kontras baik vertikal maupun horisontal. Titik AF di tengah sudah pasti berjenis cross type, sementara titik lainnya belum tentu. Semakin banyak titik AF berjenis cross type, makin mahal dan makin akurat kamera DSLR tersebut dalam mencari fokus.
Selain zona fokus, kini terdapat pilihan lebih lanjut pada mode auto fokus kamera, yaitu opsi AF servo mode. Pilihannya adalah stationer atau continuous, dan disesuaikan dengan kondisi obyek yang akan difoto. Mode stationer cocok dipilih untuk benda yang diam, dan mode ini cenderung jadi default pada kebanyakan kamera. Mode continuous akan mendeteksi gerakan obyek dan berusaha terus mengikuti kemana pun objek bergerak. Saat ini kamera DSLR sudah bisa mengunci fokus pada objek yang bergerak kiri kanan ataupun maju mundur (3D tracking AF).